Asal Usul Adu Kemiri / Adu Muncang
Mungkin
salah satu jenis aduan ini jarang kita temui di kota² selain daerah Sumedang,
Garut,
Tasikmalaya dan sekitarnya. Tapi jangan salah adu kemiri ini
sudah sangat mendarah daging di lingkungan masyarakat daerah tersebut. Konon
adu kemiri ini adalah salah satu bentuk kesenian budaya tradisional di
masyarakat Sumedang, hal ini dibuktikan adanya kemiri adu
yang ada di museum Sumedang.
Awal tahun
80-an adu kemiri ini cuma dijumpai dikalangan anak² tanggung usia. Tetapi
seiringnya dengan keisengan yg berkembang, maka adu kemiri ini merambah ke
orang dewasa. Bahkan kalangan tertentu arena adu kemiri ini dijadikan lahan
bisnis berjualan. Bisa dijumpai di trotoar jalan, atau sekitar pasar².
Untuk bisa
diadukan kemiri harus melewati proses pematangan terlebih dahulu, bisa
digunakan asam cuka, atau yg terbaik menggunakan air aren (Bahan gula merah) yg
telah di biarkan per satuan waktu. Proses ini lah yg tak kalah penting, sebab
bisa menentukan kekuatan dari kemiri itu sendiri. Setelah itu proses
selanjutnya digunakan minyak untuk melemaskan kulit kemiri dari kering atau dari Biji Kaliki (istilah urg Garut mah DIPALE). Kemiri
yg benar² siap adu dia mempunyai warna hitam/kecoklatan/kemerahan.
Mungkin bagi
yg belom terbiasa akan tercengang jika ada harga kemiri ini persatuannya bisa
mencapai Rp 50 ribu/butir, bahkan jika sudah mempunyai jam terbang adu bisa
mencapai Rp 100 ribu/butir, Rp 150 ribu/butir sampai Rp 500 ribu/butir.
Jenis-jenis Kemiri (Muncang)
- Muncang Jawa
- Muncang Timtim
- Muncang Jayanti
- Muncang Bagong
- Muncang Ayu
- Muncang Kaliwiro
- Muncang Oray
- Muncang Mayit
- Muncang Belut
- Muncang Gindi
- Muncang Sumatera
- dll